Sabtu, 29 Oktober 2011

FSLDK: Media, Jangan Kaitkan Islam dangan Terorisme

GORONTALO (go!) - Ketua Komisi Isu dan Media BP Nas  FSLDK Sulutenggo Fathurrachman A Usman mengatakan, isu mengenai terorisme di Indonesia banyak kejanggalan yang ditemui. Tidak saja waktunya yang bersamaan dengan isu-isu skandal berlabel korupsi tetapi mengapa endingnya, isu terorisme selalu saja menyudutkan Islam.
Saat ditemui di Mesjid Kampus Universitas Negeri Gorontalo (UNG) sesaat  melakukan pertemuan internal membahas isu-isu terorisme, Rabu (28/09). Ia menyampaikan kecamannya terhadap media yang selalu menyudutkan Islam dikala isu terorisme menyerang.
“Ini selalu saja berulang, yang saya sesalkan kenapa banyak media yang ikut-ikutan menyebarkan dilayar kaca seakan-akan orang yang berusaha mengikuti sunnah nabi dengan berjenggot dan menggunakan jilbab panjang adalah orang-orang yang beraliran keras ini terbukti berita disalah satu stasiun TV swasta mengenai kasus Bom Solo, yang secara berulang-ulang mengabarkan pelaku bom adalah Hayat Yosefa yang selalu menggunakan baju muslim (takwa red) dan sebelum meledakan dirinya ditemukan sebuah tas milik tersangka yang didalamnya sebuah Al’Quraan. Tidak saja itu sewaktu bom Kuningan beberapa waktu lalu salah satu media TV swasta yang menayangkan secara berulang-ulang pintu rumah salah seorang tersangka terorisme yang terpasang stiker tempel berlafaz salam berbahasa arab yang pastinya kita juga yang bukan seorang peneror pasti menempelkan lafaz itu dipintu rumah kita masing-masing”
“Semua kita mengetahui bahwa masalah terorisme adalah masalah besar yang harus tiap kali diberitakan sebagai salah satu antisipasi masyarakat terhadap masalah terorisme yang marak di Indonesia, tetapi kita juga harus intropeksi diri apakah dengan seringnya media selalu mengabarkan hal tersebut tidak akan berdampak luas terhadap masalah disintegrasi bangsa yang kita takutkan selama ini,” ungkap Fathurrachman.
Inilah kelemahan yang selayaknya diperbaiki oleh para pemilik media dibangsa ini, agar jangan sampai masyarakat dalam alur pemikirannya menjadi phobia terhadap agamanya sendiri.
“Kecurigaan ini terbukti, imbasnya sebagian masyarakat khususnya Mahasiswa di tiap-tiap Kampus di Indonesia yang terbiasa membawa Al’ Quraan dan buku-buku gerakan islam tiap saat berpergian sudah mulai berkurang, salah satunya karena tekanan dari lingkungan yang memaksanya menghindari atribut yang berlabel      islam”, ungkap Fathurrachman geram. (pr*)
Filed in: Provinsi
:gorontaloonline

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berikan komentar terbaikmu ya....,